بسم الله الرحمن الرحيم
الله أكبر –9
الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان
الله بكرة واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده . ونصر عبده . وأعزجنده
وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين
ولو كره الكافرون .
الحمد لله , الحمد لله الذى نوّر قلوب العارفين , بمداومة الذكر فى كل وقت وحين .
أشهد أن لا إله إلا الله الملك الحقّ المبين , وأشهد أنّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله الصادق الوعد الأمين .
اللهم صل وسلم على سيدنا محمد , نقطة الشرفاء
الأنيباء و المرسلين وعلى آله وصحبه الأئمة فى دين الحقّ رسائر المهتدين
من الأمم الاوّلين والأخرين .
أما بعد : فيا إخوان الكرام , عليكم بتقوى الله ربّ العلمين وازلفة الجنة للمتقين . اتقوا الله تعالى فقد فاز المتقون .
قال الله تعالى في القران الكريم :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى
النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا (البقرة 143)
Allahu Akbar x9 Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Tema yang akan disampaikan khotib dalam khutbah kali ini berjudul
“Merubah Nasib” dalam arti meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik.
Mengetengahkan pesan penting dari Baginda Rasulillah Saw. kepada kita
semua umatnya. Pesan mana yang mengandung peringatan keras, dimana ada
satu golongan manusia yang digambarkan hidupnya menjadi terkucil dan
terasing, merasakan kesendirian meski sedang dalam kebersamaan. Tiada
perlindungan dan pertolongan, susah tanpa tahu sebabnya, sedih tanpa
mengerti masalahnya. Jalan nampak gelap gulita, tidak tahu arah yang
harus ditempuh, tidak ada solusi hidup dari masalah yang sedang
dihadapi. Kalau berdoa, doanya tidak dikabulkan, kalau minta tolong,
pertolongan-Nya tidak diturunkan. Hadist tersebut diriwayatkan oleh Iman
Ibnu Majah dan Iman Ibnu Hiban RA.:
عن عائشة رضي الله عنها قالت : دخل عليّ
النبى صلى الله عليه وسلم. فعرفت فى وجهه أن قد حضره شىء . فتوضاء وما كلّم
احدا. فلصقت بالحجرة استمع ما يقول . فقعد على المنبر , فحمد الله وأثنى
عليه وقال:” يأيها الناس ان الله يقول لكم : مروا بالمعروف وانتهوا عن
المنكر قبل أن تدعوا فلا اجيب لكم وتسألوني فلا اعطيكم وتستنصروني فلا
أنصركم . فما زاد عليهن حتى نزل.
Dari A’isyah ra berkata : ”Nabi saw masuk kepadaku, aku lihat di
wajahnya seakan telah terjadi sesuatu, kemudian Beliau mengambil wudhu’
menuju mimbar dan tidak berkata sedikitpun. Aku mendekat ke dinding
mendengarkan apa yang akan disabdakan. Beliau duduk di mimbar, memuji
kepada Allah dan mengagungkan-Nya seraya bersabda: ”Wahai manusia
sungguh Allah berfirman kepada kalian: berbuatlah “amar ma’ruf dan nahi
anil mungkar”, sebelum engkau berdo’a, do’amu tidak Aku kabulkan dan
engkau meminta kepada-Ku, permintaanmu tidak Aku berikan dan engkau
minta tolong kepada-Ku, pertolongan itu tidak Aku berikan. Baginda Nabi
SAW tidak menambahkan lagi selain itu sampai beliau turun dari mimbar.
Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Jika orang tidak mau melaksanakan Amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka
do’anya tidak dikabulkan, permintaannya tidak dipenuhi, kalau minta
tolong, pertolongan dari-Nya tidak diturunkan.
Ya Allah, apakah benar ada orang berdo’a tapi do’anya tidak dikabulkan? Padahal Engkau berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Apakah benar ada orang meminta, permintaannya tidak diperkenankan? Padahal Engkau berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Apakah bisa hal itu terjadi, padahal sungguh benar firman Allah dan
sungguh benar sabda Rasulullah dan Allah sedikitpun tidak akan
mengingkari janji-janji-Nya.
Jika hal tersebut memang benar bisa terjadi? Terus apa yang harus
dilakukan manusia ketika dia jauh dari Rahmat Allah?, ketika jauh dari
lindungan dan pertolongan Allah. Bagaikan orang pulang kampung, di
tengah kota yang luas, ketika didapati pintu-pintu sudah tertutup rapat,
padahal suasana gelap dan mencekam, tentu orang tersebut akan tinggal
dalam kebingungan, tidak ada tempat berlindung dari kedinginan dan
ancaman bahaya.
Tidak hanya itu saja, bahkan hayalan yang menghantui pikiran
terkadang datang lebih seram dari kenyataan. Karena kabel yang
menghubungkan diri kepada unsur energi yang Maha Tangguh telah terputus,
jaringan dan infrastuktur telah hancur, maka manusia akan tinggal
sendiri dalam kebingungan, tidak ada pedoman, tidak ada pijakan. Jalan
semakin suram, tidak ada kepercayaan diri, serba takut dan serba kuatir,
akhirnya orang terjatuh dalam kegelapan dan terombang ambing oleh
hayalan bahkan terkadang ilmu dan rasionalitas bisa menjelma menjadi
harimau atau serigala yang senantiasa siap menerkam. Itulah gambaran
orang yang hidupnya sengsara, karena enggan melaksanakan Amar Ma’ruf
Nahi Mungkar, meski sedaif-daif iman.
Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Yang dimaksud “amar ma’ruf nahi anil mungkar” bukan hanya
menganjurkan orang lain berbuat baik saja atau mencegah kemungkaran yang
diperbuat orang lain saja, melainkan juga dan yang penting harus
memulainya dari diri sendiri. Beramal bakti untuk meningkatkan kwalitas
hidup menuju lebih baik, menjauhi keburukan yang bisa menjadikan diri
terpuruk dalam kehinaan supaya hidup menjadi lebih sempurna baik secara
kwalitas maupun kwantitas.
Telah berlaku kehendak Allah, menjadikan manusia sebagai kholifah-Nya
di muka bumi. Telah berlaku sunnatullah, memberikan potensi kepada
manusia sebagai penggerak dan sumberdaya alam. Baik dengan tenaga dan
pikiran maupun perasaan manusia harus berkarya. Membangun sumber
kehidupan. Merubah nasib menjadi lebih baik, bukan dalam arti merubah
mati menjadi hidup, karena mati dan hidup merupakan mutlak takdir Allah,
melainkan meningkatkan kapasitas hidup supaya bisa menjadi lebih baik
dan lebih berkuwalitas.
Supaya kehidupan di muka bumi berjalan aktif dan dinamis, tidak
monoton. Supaya ada gairah dan semangat, maka manusia harus bekerja,
membangun cipta dan karya. Manusia yang membuat peraturan dan meletakkan
undang-undang namun manusia juga sekaligus menjadi tenaga pelaksana,
bahkan sebagai sutradara yang sekaligus aktornya, sampai batas yang
sudah ditentukan baginya, dimana selama itu manusia mencurahkan segala
potensi yang ada pada dirinya untuk memakmurkan segala sarana yang sudah
disiapkan di sekelilingnya.
Allah Swt. memilih manusia sebagai sarana yang bekerja di muka bumi,
hal tersebut merupakan ketetapan-Nya sejak alam semesta ini diciptakan.
Atas dasar ketetapan itulah maka manusia dapat mengenali dan menguasai
alam sekelilingnya, mengetahui rahasia-rahasia kehidupan yang
tersembunyi di dalamnya, bahkan menguasai kunci-kunci rahasia bagi
ahlinya untuk membuka simpul-simpul kehidupan yang mestinya
dirahasiakan. Dengan ilmu dan urusan Allah pula manusia dapat mengenali
Tuhannya dan menggapai apa-apa yang yang dijanjikan dan disediakan
untuknya, bahkan menciptakan keajaiban bagi diri sendiri.
Sejak pertama kali ilmu pengetahuannya diajarkan kepada kepada
manusia dan kemudahan–kemudahan alam semesta dibentangkan baginya,
sampai manusia bisa menghasilkan anugerah Allah yang disediakan
untuknya, semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan sistem atau
sunnatullah yang sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala baginya. Itulah
sistem distribusi rizki untuk manusia, baik rizki lahir maupun rizki
batin. Sejak pertama kali diciptakan bersamaan penciptaan alam semesta,
sistem tersebut tidak akan pernah dirobah selamanya kecuali manusia
sendiri yang merobahnya. Manusia dengan usahanya berpotensi meningkatkan
taraf hidupnya dari yang ada menjadi lebih baik dan lebih mulia, dari
miskin menjadi kaya seperti dari lapar menjadi kenyang, itu jika dia
mau, jika tidak maka selamanya manusia tidak akan menghasilkan apa-apa
dalam hidupnya.
Sunnatullah tersebut telah menjadikan manusia ulet bekerja di muka
bumi dan sekaligus berlaku sebagai sarana untuk memperteguh pekerjaan.
Sunnahtullah itu sebagaimana yang ditegaskan Allah dengan firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ (الرعد.13
Allah tidak merobah keadaan suatu bangsa sehingga bangsa itu sendiri yang merobah dirinya.
Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Allah SWT. yang Maha Kuasa dengan sendiri-Nya telah menciptakan dan
mengatur kehidupan langit dan bumi serta segala yang ada di dalamnya
sesuai kehendak-Nya dan sesuai kehendak-Nya pula menjadikan manusia
sebagai unsur yang bergerak di dalamnya dengan membawa jiwa dan raga
yang membuahkan akal, pikiran, amal dan perasaan.
Bukankah manusia dari asal kejadiannya, daging dan tulang dan bahkan
dasar peri laku dalam menjalani kehidupan di muka bumi identik dengan
kehidupan binatang melata …?, akan tetapi dengan takdir Allah manusia
mendapat kemuliaan sebagai kholifah-Nya di muka bumi, sebagai unsur
penggerak yang bekerja di dalam roda kehidupan yang memang tercipta
sesuai tabiatnya. Manusia yang harus berbuat, bekerja dan berusaha.
Manusia tidak boleh hanya tinggal diam dan membeku saja.
Mengingat dasar itulah, hendaklah manusia melaksanakan amar ma’ruf
nahi mungkar, beriman dan berberamal sholeh, bahkan tidak hanya
menganjurkan saja, manusia harus mampu menerapkannya dalam hidupnya
sendiri, jika itu dilakukan, maka manusia benar-benar akan menjadi
sebaik-baik ummat, demikianlah yang ditegaskan Allah dengan firman-Nya:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah.(
QS.Ali Imran 110)
Selanjutnya manusia diperintah, kalau melihat kemungkaran hendaklah
ia merobahnya dengan tangannya kalau tidak mampu maka dengan lisannya
dan kalau tidak mampu juga maka dengan hatinya walaupun itu adalah
sedaif-daif iman.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Kebajikan atau kejahatan bukan bermakna sempit. Bukan sesuatu yang
hanya bisa terjadi dalam suatu kejadian atau di suatu lokasi di belahan
bumi saja. Segala urusan manusia, besar maupun kecil, bisa dilakukan
sebagai kebajikan atau kejahatan. Oleh karenanya manusia harus cermat
mengikuti irama kehidupan, mencermati segala proses yang terjadi dengan
arif dan bijaksana, memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan
melaksanakannya dengan benar dan tepat, menegakkan kebajikan dan
menjauhkan diri dari kemungkaran, kalau tidak, maka manusia sendiri yang
akan menanggung akibat buruknya, yaitu kerusakan dan kehancuran. Ini
adalah sunnahtullah yang tidak akan pernah berobah lagi, berlaku sunnah
pula, menurut dasarnya, bahwa hendaklah manusia menganjurkan kebajikan
dan mencegah kemungkaran.
Meskipun segala pilihan dan langkah hidup akan membawa dampak dan
konsekwensi, namun demikian manusia juga merupakan satu-satunya sarana
untuk mengatur dan memilih langkah dan pilihan tersebut. Apabila manusia
memilih beriman dan beramal sholeh, menganjurkan berbuat kebajikan dan
mencegah kemungkaran, maka kebathilan tidak akan hidup subur dan
berkepanjangan dan yang hak akan menjadi pemenang, memimpin dan
menguasai kebajikan.
Akan tetapi manakala yang terjadi sebaliknya, manusia hanya tinggal
diam saja, tidak ada kepedulian kepada alam sekitarnya, mereka tidur
dari tugas suci, tidak menganjurkan berbuat kebajikan dan mencegah
kemungkaran. Kesibukan manusia hanya melakukan pekerjaan yang berkaitan
dengan urusan lahir saja, sebatas urusan yang berkaitan antara perut dan
pusat saja, maka kejahatan akan tumbuh subur, kemungkaran akan
merajalela di mana-mana yang akhirnya kemaksiatan akan menguasai dan
memimpin kehidupan yang ada, demikianlah yang berlaku sunnah dalam
sejarah kehidupan manusia sebelum kita yang kemudian menjadikan penyebab
hancurnya suatu generasi dan suku bangsa.
Jika keadaan umat mau hidup sadar, saling memperhatikan urusan
masyarakatnya, menunaikan segala hak dan kewajibannya, saling mencukupi
segala kebutuhan dan kekurangan, mengisi kekosongan, meningkatkan yang
sudah ada, meluruskan yang bengkok, memelihara kelapangan dan
mengusahakan kemudahan, menggapai pertolongan, menggalang kebersamaan,
maka itulah umat yang bahagia dan jaya. Untuk itulah secara individu
manusia harus kuat, berusaha sungguh-sungguh menggapai keutamaan yang
disiapkan Allah baginya, menjadi pemberi bukan penerima. Adapun umat
yang lalai dan malas bekerja, tidak ada kepedulian kepada alam
sekitarnya, maka itulah umat yang celaka yang telah dihinggapi penyakit
kehinaan.
Menurut sunnahtullah, manusia yang harus mengadakan perobahan,
merubah kuwalitas hidupnya menjadi lebih baik, hal itu bukan berarti
Allah SWT. tidak sanggup berbuat banyak kepada hamba-Nya, melaikan
itulah ketetapan-Nya. Allah telah membangun hukum sebab akibat, supaya
menusia mau beramal, mau berusaha menggapai kemuliaan yang memang
diperuntukkan untuknya, untuk menduduki derajat yang mulia
disisi-Robb-Nya, menjadi kholifah Allah dimuka bumi ini. Manakala
manusia tidak menempatkan dirinya pada kedudukan mulia tersebut, maka
akan terlepas dari derajat kemuliaan dan terjerumus dalam kehinaan
sebagai derajat binatang melata bahkan lebih hina lagi darinya.
Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Mana mungkin orang berdo’a dapat dikabulkan tanpa bekerja? Mana
mungkin orang bisa mendapatkan hasil hanya dengan berpangku tangan saja
tanpa usaha ??. Padahal Allah telah menegaskan dengan firman-Nya:
“Manusia akan mendapatkan sesuai apa yang telah diusahakannya”.
Sekarang jalan lurus sudah dibentangkan. Kemudahan-kemudahan hidup,
pertolongan dan pemberian, hanya bisa didapatkan dari jalan itu, karena
melalui jalan itu berarti manusia memegang janji Allah yang tidak pernah
teringkarkan, karena Allah sedikitpun tidak akan mengingkari janji-Nya.
Siapa yang ingin memperoleh kemenangan hendaklah menghadapkan dirinya
kepada Pemberi kemenangan yang sudah mengajarkan kepadanya suatu konsep
yang simpel dan sederhana akan tetapi membawa ma’na yang strategis dan
universal, konsep itu ialah : HENDAKLAH KAMU MELAKSANAKAN AMAR MA’RUF
NAHI ANIL MUNGKAR dalam arti merubah nasib menjadi lebih baik dan lebih
mulia.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Jika kita mau mengambil pelajaran dari fenomena kehidupan di sekitar
kita. Terlebih dunia perpolitikan di negeri ini. Secara khusus apa yang
kita lihat dalam pelaksanaan Pemilu dan Pilprse 2014 yang barusan
diadakan. Betapa kita telah melihat tumpang tindihnya sistem kehidupan.
Masing-masing pelaku politik hanya mengedepankan kepentingan pribadi
atau golongannya saja, bukan kepentingan rakyat sebagaimana yang mereka
gembar-gemborkan dalam pencitraan. Hingga segala cara seakan menjadi
halal dilakukan. Semakin tidak jelas mana yang baik mana yang buruk
karena masing-masing mereka merasa benar sendiri bahkan tidak
segan-segan dibumbui kemunafikan.
Orang loncat dari partai sana ke partai sini sudah menjadi bukan
barang tabu, tidak hanya jadi bajing loncat, bahkan gaja loncat malah
seakan menjadi kebanggaan. Tidak sadar bahwa hal tersebut menunjukkan
kemerosatan moralitas dan kehancuran integritas. Sehingga orang awam
semakin sulit membedakan mana yang baik mana yang buruk, mana yang
tuntunan dan mana yang tontonan, semua dicampur aduk menjadi satu asal
kepentingan bisa terpenuhi. Norma-norma Agama sepertinya sudah
dihilangkan dalam kehidupan mereka, bahkan menjadi pesakitan KPK karena
menggarong uang rakyat menjadi tren yang dibanggakan, meski harus
mendekam selama hidup dipenjara seakan menjadi tujuan utama, padahal
jika yang demikian itu berlanjut apalagi sampai dibudayakan, maka
menurut sunnatullah kehidupan mereka akan menjadi hancur berantakan.
Itulah kenyatan yang kita lihat dan kita rasakan namun kita tidak mampu
berbuata apa untuk membuat perubahan.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.
Marilah kita mengadakan perenungan ke dalam, bukan melamun
berkepanjangan tapi berharap ada uang jatuh dari kayangan, atau mendapat
harta karun dari kuburan yang dikeramatkan, melainkan perenungan dalam
rangka persiapan mengadakan perbaikan hidup di mana pun kita berada.
Apakah kita hanya tinggal diam saja hanyut dan tenggelam di dalam arus
ketidakpastian atau bangkit dari keterpurukan menuju kesuksesan hidup ?
maka tidak bisa tidak, mulai sekarang kita harus memulai dari diri
sendiri, kemudian anak istri dan keluarga terdekat, teman dan kerabat,
untuk bersama-sama melaksanakan anjuran suci ini. Yakni melaksanakan
amar ma’ruf nahi mungkar, meningkatkan usaha untuk mencapai peningkatan
hidup, saling berbagi dalam kebaikan, saling nasehat menasehati dalam
kebajikan.
Dimulai dari ucapan dan perbuatan supaya hati kita menjadi kuat dan
yakin, itu dilakukan untuk melaksanakan pengabdian hakiki kepada Allah
Robbul Alamiin, dengan itu semoga hari-hari kita kedepan semakin menjadi
lebih baik, karena do’a-do’a yang kita panjatkan mendapatkan ijabah,
disaat kita bermunajat kepada Allah, permohonan kita dikabulkan-Nya dan
kalau kita minta pertolongan dari-Nya, pertolongan segera diturunkan,
sehingga kita mampu mengadakan perubahan dan membangun keseimbangan
hidup, meningkatkan taraf hidup baik secara ilmiyah maupun amaliyah,
meski hanya untuk diri sendiri dan jama’ah, menjadi komunitas yang kuat
karena dekat dengan lindungan dan pertolongan Allah Tuhan Semesta Alam,
…. amiin ya mujibas sa’iliin.
قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا
قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون : لقد خلقنا الإنسان في
أحسن تقويم . ثم رددناه أسفل سافلين . إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات
فلهم أجر غير ممنون .
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني
وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو
السميع العليم .
وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين
Share this: